Thursday 20 December 2012

Mengenal dunia kontruksi bangunan pada lahan gambut

Mengenal dunia kontruksi bangunan pada lahan gambut

Awalnya saya melihat bahwa di Sumatra pada umumnya dan Riau khususnya banyak terdapat lahan gambut, dimana lahan gambut itu sendiri terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tumbuhan yang setengah membusuk. Umumnya dikatakan sebagai gambut apabila kandungan bahan organik dalam tanah melebihi 30 %, akan tetapi di Indonesia sendiri biasanya memiliki kandungan bahan organik melebihi 65% dan kedalamannya melebihi 50cm (wikipedia). Semakin tebal lapisan gambutnya, maka semakin besar penurunan yang mungkin terjadi. Sebagai bahan organik, gambut juga bahkan dapat digunakan sebagai sumber energi.

(sumber : wikipedia)

Sifat dari tanah gambut itu sendiri lunak dan mudah ditekan, sehingga jika dikaitkan dengan konstruksi bangunan yang berada di atas lahan gambut, maka dikhawatirkan akan terjadi kegagalan konstruksi dimana pondasi bangunan tersebut nantinya tidak cukup kuat menahan beban bangunan keseluruhan akibat daya dukung yang rendah. Oleh karena itu, bagaimana untuk menindaklajutinya ? Hal inilah yang lalu coba saya cari tau meski sumber dan informasi terbatas.
Bangunan itu sendiri terdiri dari beberapa komponen seperti pondasi, kolom, balok, pelat, dan atap. Pelat berfungsi untuk penyalur beban hidup dan mati yang bekerja pada bangunan kepada balok atau kolom. Balok berfungsi untuk menyalurkan beban yang diterima oleh pelat kepada kolom. Kolom berfungsi untuk menyalurkan beban dari pelat atau balok ke pondasi. Dan pondasi itu sendiri merupakan elemen yang berhubungan langsung dengan tanah yang berfungsi sebagai pemikul beban bangunan. 
Cukup jelas rasanya mengenai fungsi dari tiap elemen struktur bangunan seperti yang telah dijelaskan di atas. Lalu persoalannya, apakah ada metode khusus yang harus diterapkan untuk konstruksi bangunan di atas lahan gambut ? Bagaimana kondisi kadar air tanah, kompresibilitas,dan permeabilitas tanah gambut dalam mempengaruhi keamanan pondasi ? Berangkat dari pertanyaan ini saya coba melakukan pemahaman yang lebih dalam lagi.
Pada umumnya, tanah gambut memiliki kadar air yang sangat tinggi, dan kompresibilitas/ kemampumampatan yang tinggi sehingga daya dukung tanahnya sangat rendah. Kandungan air pada tanah gambut bervariasi dan cukup ekstrim, mulai dari ratusan % (kering) sampai lebih dari 2000 % (jenuh air), karena derajat dekomposisi dan tipe lapisan gambut sangat mempengaruhi kandungan air. Semakin tinggi derajat dekomposisi nya maka semakin mengecil ruang di dalam partikel serat (void ratio) dan antar partikel serat serta struktur serat gambut akan rusak menjadi bentuk amorf. Semakin lambat derajat dekomposisi, kemungkinan proses ini akan terus berlangsung sehingga akan sulit mendapatkan hasil akhir proses dekomposisi. Proses dekomposisi pada tanah gambur ini memang masih terus dalam kajian dan penelitian sehingga penemuan terbaru masih sangat diharapkan. Jika mikroba yang aktif dalam proses dekomposisi ini dapat diketahui maka perkembangbiakannya dapat dihambat atau bahkan dihentikan sehingga bermanfaat untuk melakukan perbaikan mutu tanah selanjutnya.

Metode lain yang dapat dilakukan biasanya dengan melakukan stabilisasi tanah, dimana tanah dicampur dengan bahan stabilisasi seperti pasir dan semen, lalu dipadatkan semaksimal mungkin. Tapi kenyataannya dilapangan sangat sulit memadatkan lapisan gambut yang memiliki kadar air tinggi dan sangat lembek. Oleh sebab itu, alternatif lain yang dapat dilakukan yaitu dengan pre-loading dimana material tanah yang bagus (pasir) dimasukkan ke dalam lapisan endapan gambut sehingga membentuk kolom-kolom pasir. Pembuatan kolom-kolom pasir dilakukan dengan cara meletakkan lapisan pasir di muka tanah yang akan diperbaiki setebal 1 meter kemudian palu penumbuk seberat 15 ton dijatuhkan dari ketinggian 15 meter, kolom-kolom pasir tersebut dibuat pada jarak sekitar 8 meter.  

Atau bisa juga melakukan kombinasi diantara alternatif yang ada dengan cara mempercepat proses dekomposisi terlebih dahulu menggunakan serbuk atau cairan penumbuh dan penyubur mikroba (bioagent) seperti yang banyak dijual dipasaran seperti biostater dengan demikian proses konsolidasi telah berakhir yang diharapkan mengendap menjadi lapisan yang memiliki sifat geoteknik mendekati material lempung. Setelah proses dekomposisi berakhir baru dilanjutkan dengan pembuatan kolom-kolom pasir atau melakukan preloading.

No comments: