Tuesday, 18 December 2012

Pemetaan Dasar Laut

Pemetaan Dasar Laut

Pemetaan dasar laut dimaksudkan untuk menggambarkan topografi dasar laut, sehingga elevasi seabed terhadap Mean Sea Level (MSL) dapat diketahui guna perhitungan panjang tiang pancang yang tertanam dalam seabed. Dalam kegiatan pemetaan dasar laut ada 2 kegiatan pengukuran yang dilakukan, yaitu :
  • Pengukuran titik-titik fix di atas permukaan air laut saat sounding dengan metoda pengikatan ke muka menggunakan dua pesawat theodolit atau total station posisi di darat.
  • Pengukuran kedalaman (sounding) dengan menggunakan peralatan echosounder
Dimana kedua pengukuran tersebut diatas dilakukan secara bersamaan, pada saat titik fix ditentukan saat itu juga sounding dilakukan.
Prinsip dua kegiatan pengukuran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
A. Pengukuran Titik-titik Fix diatas permukaan air laut
Titik-titik fix berada sepanjang arah jembatan Surabaya – Madura dengan lebar 80 meter dibagi menjadi 5 jalur dengan interval 20 meter (kiri Center Line 40 meter, kiri Center Line 20 meter, Center Line, kanan Center Line 20 meter dan kanan Center Line 40 meter), sedang pada arah memanjang jembatan jarak titik-titik sounding (sounding pole) dengan interval 20 m. Seperti dijelaskan pada gambar berikut ini.
Penentuan Jalur Sounding di Darat dan Pengukuran Sounding Pole
Dimana :
CL = Center Line
JS = Jalur Sounding
SP = Sounding Pole
Titik-titik fix tersebut ditentukan dari dua titik Bench Mark (BM) yang berada di darat lokasi sisi Madura. Setiap titik fix di stakeout dari dua titik BM dengan di setting sudut horizontalnya (b1,b2) seperti gambar berikut ini.
Sketsa pengambilan data kedalaman
Dimana:
BM = Bench Mark
BS = Back Sight
a1,a2 = Azimuth
b1,b2 = Susut Horizontal
B. Pengukuran kedalaman (Sounding) Titik-titik Fix
Pengukuran kedalaman titik-titik fix dilaksanakan menggunakan peralatan Echosounder yang dipasang pada perahu motor dengan prinsip kerja alat Echosounder tersebut adalah memancarkan gelombang suara dari bagian transmitting transducer yang apabila gelombang suara mengenai suatu benda/dasar laut, maka gelombang suara akan dipantulkan dan diterima oleh bagian receiving transducer seperti gambar berikut ini.
Cara kerja Echosounder
Kedua kegiatan pengukuran tersebut dilaksanakan secara bersamaan dan simultan dengan data yang dibaca / diambil meliputi:
  1. Bacaan sudut horizontal dengan alat theodolit / total station.
  2. Pembacaan kedalaman dasar laut dengan alat echosounder.
  3. Pembacaan elevasi air laut sounding, dibaca pada tide pole.
Dari data-data yang diperoleh tersebut dapat dihitung kedalaman titik fix dari MSL dengan rumus:
F = (t + f) – (P – S)
Dimana:
F = kedalaman titik fix dari MSL
t = panjang transducer
f = bacaan kedalaman Echosounder
P = bacaan elevasi air laut saat sounding
S = bacaan MSL pada tide pole
Setelah semua kedalaman titik fix dihitung dan diperoleh elevasi titik-titik di dasar laut (seabed), maka langkah selanjutnya adalah melakukan interpolasi pada titik-titik elevasi seabed tersebut untuk penggambaran garis kontur dasar laut. Proses interpolasi dan penggambaran dilakukan dengan menggunakan Software Softdesk 8 Survey. Hasil dari penggambaran tersebut berupa:
  • Peta situasi sepanjang Jembatan Suramadu
  • Long Section
  • Cross Section
Perhitungan Kedalaman Titik Fix Dari MSL

No comments: