Friday 23 November 2012

Analisa Kebutuhan Parkir

Analisa Kebutuhan Parkir
Parkir adalah suatu keadaan dimana kendaraan tidak bergerak dalam jangka waktu tertentu (tidak bersifat sementara) → PP No.43 thn 1993.
advertisements
Identifikasi Masalah Parkir
Berdasarkan jenis moda angkutan
1. Parkir Kendaraan Bermotor
• Kendaraan roda 2
• Kendaraan roda 4 (mobil penumpang)
• Bus / Truk
2. Parkir Kendaraan Tidak Bermotor
• Becak
Berdasarkan lokasi parkir
1. Parkir di badan jalan (On-street Parking)
2. Parkir di luar badan jalan (Off-street Parking)
Permasalahan Parkir
Aktifitas suatu pusat kegiatan akan menimbulkan aktifitas parkir kendaraan yang berpotensi menimbulkan masalah antara lain :
1. Bangkitan tidak tertampung oleh fasilitas parkir di luar badan jalan yang tersedia, sehingga meluap ke badan jalan. Luapan parkir di badan jalan akan mengakibatkan gangguan kelancaran arus lalulintas.
2. Tidak tersedianya fasilitas parkir di luar badan jalan sehingga bangkitan parkir secara otomatis memanfaatkan badan jalan untuk parkir.
3. Pasar, penyediaan dan pengaturan parkir belum memadai sehingga pada jam puncak pagi hari umumnya menimbulkan masalah terhadap kelancaran arus lalulintas.
4. Kompleks Pertokoan/Perdagangan, pada saat jam puncak menimbulkan permasalahan karena kapasitas jalan berkurang dengan adanya aktifitas parkir pengunjung.
5. Kompleks Sekolah, parkir kendaraan penjemput anak sekolah sering menimbulkan masalah terhadap kelancaran arus lalulintas karena tidak tersedia fasilitas parkir dan pengaturan parkir di badan jalan yang belum baik.
6. Kompleks Perkantoran, umumnya sudah menyediakan fasilitas parkir, namun ada kantor-kantor tertentu yang bangkitan parkirnya cukup besar, sehingga tidak tertampung oleh fasilitas yang ada.
7. Tempat Ibadah, umumnya tidak tersedia fasilitas parkir untuk kendaraan roda 4 yang memadai sehingga pada hari-hari tertentu sering terjadi lonjakan bangkitan parkir yang besar sehingga tidak tertampung oleh fasilitas parkir yang ada (bersifat insidental).
8. Pemukiman, umumnya tidak tersedia fasilitas parkir untuk tamu sehingga menimbulkan bangkitan parkir di badan jalan.
Penanganan Masalah Parkir
1. Kajian terhadap besarnya permintaan parkir (Parking Demand)
2. Kajian terhadap besarnya penyediaan fasilitas parkir (Parking Supply)
3. Pengaturan ruas-ruas jalan yang boleh untuk parkir, yang mencakup lokasi dan pola parkirnya sehingga menghasilkan gangguan terhadap kelancaran arus lalulintas minimum.
4. Mengoptimalkan pemanfaatan fasilitas parkir yang telah ada.
5. Penyediaan fasilitas parkir di luar badan jalan khususnya pada kawasan perdagangan, jasa dan perkantoran serta tempat hiburan / rekreasi.
6. Penambahan item persyaratan dalam pengusulan IMB mengenai penyediaan fasilitas parkir minimum.
Tahap Jangka Pendek
Pembangunan pusat kegiatan baru, pada pengusulan IMB harus disertai persyaratan penyediaan fasilitas parkir yang memadai. Pola parkir yang ada pada fasilitas parkir di badan jalan tetap dipertahankan, khususnya pola paralel.
Tahap Jangka Menengah / Panjang
Penyediaan fasilitas parkir di luar badan jalan pada kawasan-kawasan pembangkit parkir.
Kebijakan Parkir
• Menemukan suatu kompromi antara banyaknya ruang kereb yang diperuntukkan bagi kendaraan yang bergerak.
• Membuat persediaan untuk parkir kendaraan pengantar barang, parkir singkat dan lama.
• Mendesain pelataran parkir dan jalan masuk sedemikian rupa sehingga lalulintas jalan tidak diperburuk oleh kendaraan yang masuk dan keluar.
• Memastikan bahwa kepentingan satuan-satuan bisnis di sepanjang jalan tersebut diperbaiki oleh susunan parkir yang bagus.
• Memastikan bahwa kebijakan parkir dan kebijakan transit umum saling melengkapi, misalnya, fasilitas parkir mobil yang berdekatan dengan rute bus cepat akan memperbaiki tingkat-tumpangan bus.
• Memelihara karakter lingkungan sekitar dengan membatasi parkir dan menegakkan pengendalian tata-guna lahan.
• Mengendalikan penyediaan dan kebutuhan parkir melalui mekanisme pajak; mendorong parkir singkat dan mempersulit parkir lama dapat berfungsi untuk memperbaiki kawasan perdagangan utama (CBD)

Use of Facilities Classified by Type

Parking Classified by Trip Purpose

Parking Duration Classified by Trip Purpose
Metode Menentukan Kebutuhan Parkir
• Metode berdasarkan kepemilikan kendaraan
• Metode berdasarkan luas lantai bangunan
• Metode berdasarkan selisih terbesar antara kedatangan dan keberangkatan kendaraan.
Metode Berdasarkan Kepemilikan Kendaraan
Metode ini mengasumsikan adanya hubungan antara luas lahan parkir dengan jumlah kendaraan yang tercatat di pusat kota. Semakin meningkat jumlah penduduk, maka kebutuhan lahan parkir akan semakin meningkat karena kepemilikan kendaraan meningkat.
Metode Berdasarkan Luas Lantai Bangunan
Metode ini mengasumsikan bahwa kebutuhan lahan parkir sangat terkait dengan jumlah kegiatan yang dinyatakan dalam besaran luas lantai bangunan dimana kegiatan tersebut dilakukan, misalnya: perbelanjaan, perkantoran, dan lain-lain.
Metode Berdasarkan Selisih Terbesar Antara Kedatangan Dan Keberangkatan Kendaraan
Kebutuhan lahan parkir didapatkan dengan menghitung akumulasi terbesar pada suatu selang waktu pengamatan. Akumulasi parkir adalah jumlah kendaraan parkir pada suatu tempat pada selang waktu tertentu, dimana jumlah kendaraan parkir tidak akan pernah sama pada suatu tempat dengan tempat lainnya dari waktu ke waktu.
Karakteristik Parkir
• Durasi Parkir, untuk mengetahui lama suatu kendaraan.
• Akumulasi Parkir, untuk mengetahui jumlah kendaraan yang SEDANG berada pada suatu lahan parkir pada selang waktu tertentu.
• Tingkat Pergantian (Parking Turn Over), diperoleh dari jumlah kendaraan yang telah memanfaatkan lahan parkir pada selang waktu tertentu dibagi dengan ruang parkir yang tersedia.
• Tingkat Penggunaan (Occupancy Rate), diperoleh dari akumulasi kendaraan pada selang waktu tertentu dibagi dengan ruang parkir yang tersedia dikalikan dengan 100%
• Volume Parkir, jumlah kendaraan yang TELAH menggunakan ruang parkir pada suatu lahan parkir tertentu dalam satu satuan waktu tertentu (biasanya per hari).
• Kapasitas Parkir, banyaknya kendaraan yang dapat dilayani oleh suatu lahan parkir selama waktu pelayanan.
• Indeks Parkir, merupakan persentase dari akumulasi jumlah kendaraan pada selang waktu tertentu dibagi dengan ruang parkir yang tersedia dikalikan 100%.
Download selengkapnya disini

Administrasi Kontrak dan Keuangan
Setelah proses pembentukan kontrak selesai menjadi dokumen kontrak, selanjutnya perlu mengelola eksekusi kontrak secara komersial, teknis dan administratif. Di kantor pusat, melalui perencanaan dan pengendalian yang matang kontraktor mengorganisir tenaga ahli dan spesialis untuk mengerjakan desain engineering terinci, pembelian dan subkontrak, sedangkan di lokasi proyek dilakukan persiapan mobilisasi tenaga kerja dan mendirikan fasilitas sementara. Pihak pemilik mulai melengkapi tim proyek dengan personil dan perangkat lain untuk mengelola proyek. Proses pengelolaan administrasi kontrak merupakan interaksi pihak pemilik dengan kontraktor yang meliputi kegiatan :
advertisements
1. Mengkaji kelengkapan dokumen yang diisyaratkan
2. Prosedur komunikasi, surat-menyurat, dan sistem arsip
3. Pengelolaan pembayaran
4. Change order dan back charge
5. Klaim
6. Pengelolaan
Dokumen yang diisyaratkan
Dokumen yang diisyaratkan harus disiapkan kontraktor (jika perlu disetujui oleh pemilik) dalam dokumen kontrak antara lain:
1. Tanda jaminan
2. Jaminan lelang
3. Jaminan kinerja
4. Jaminan peralatan
5. Jaminan pembayaran
6. Jaminan subkontraktor
7. Sertifikat asuransi
8. Asuransi builder all risk
9. Asuransi transit
10. Asuransi comprehensive general liability, umumnya dalam kontrak disebutkan
Surat menyurat dan sistem arsip
Sistem pencatatan dan arsip kontrak yang baik dan lengkap memudahkan pencarian kembali, sehingga membantu kelancaran operasional pelaksanaan kontrak dalam hal :
1. Memantau dan menjaga dipenuhinya pasal-pasal kontrak oleh kedua belah pihak penanda tangan kontrak
2. Mengetahui apa yang telah dikerjakan di masa lalu
3. Audit pelaksanaan kontrak sewaktu akhir proyek
4. Melakukan progress payment, change order, dan back charge
5. Melakukan korespondensi
Catatan dan arsip kontrak umumnya dikelompokkan menjadi
1. Masa perencanaan dan pembentukan
• Perencanaan strategi dan jadwal kontrak
• Prakualifikasi peserta lelang
• Kerangka acuan dan garis besar lingkup proyek
• Rancangan kontrak
• RFP atau dokumen lelang
• Dokumen proposal peserta lelang
• Hasil evaluasi proposal
• Catatan-catatan negosiasi dan penentuan pemenang
• Dokumen kontrak asli termasuk adendum bila ada
• Letter of intent
2. Masa eksekusi kontrak, yang penting disini :
• Dokumen evaluasi status kemajuan pekerjaan
• Invoice atau faktur dan catatan lain untuk pembayaran berkala
• Pembayaran butir-butir reimbursable
• Pengajuan change order
• Dokumen evaluasi dan persetujuan change
• Pembayaran change order
• Dokumen pembayaran back order
• Dokumen pembayaran serta evaluasi klaim
• Pembayaran dan sertifikat asuransi
• Proses dan hasil atau penemuan audit
3. Korespondensi, otorisasi, dan laporan berkala; mengatur hal mengenai surat menyurat seperti format, alamat, laporan berkala, kemajuan proyek (mingguan, bulanan, dll) dan sistem penyimpanan arsip
4. Dokumen keuangan khususnya dana pinjaman seperti prosedur realisasi sampai masalah pembayaran kembali dan laporan penutupan. Biasanya diatur terpisah dari administrasi umum.
Pengelolaan Pembayaran
Perlu memperhatikan keinginan para pihak
1. Kontraktor tidak akan melakukan pre financing pekerjaan yang telah diserahkan kepadanya sesuai kontrak (tanpa ada pengaturan khusus mengenai masalah itu, seperti bunga dll)
2. Pemilik hanya akan membayar pekerjaan yang telah selesai pada waktu ditagih, berarti membayar sesuai kinerja
Ada beberapa cara perhitungan pembayaran
1. Biaya yang sesungguhnya telah dikeluarkan
2. Kurun waktu tertentu secara periodic
3. Kemajuan pekerjaan dan kinerja yang telah dicapai
• Metoda milestone adalah pembayaran dikaitkan dengan milestone siklus proyek, sedangkan jumlahnya diperhitungkan dengan kegiatan yang telah dilakukan untuk mencapai yang bersangkutan dinyatakan sebagai persentase dari total kontrak
• Metoda milestone dengan persentase penyelesaian; disamping dikaitkan dengan milestone, juga dikaitkan dengan volume pekerjaan
4. Pembayaran berdasarkan perkiraan pengeluaran bulan yang akan datang

Arus Pembayaran Berkala
Change order
Change order adalah perubahan lingkup proyek setelah kontrak ditandatangani. Hal ini tidak dapat dihindari, maka harus dikelola dengan baik karena penambahan mesti meningkatkan biaya. Timbulnya change order bisa jadi dari pemilik, kontraktor atau subkontraktor. Beberapa penyebab perubahan lingkup
1. Ada informasi baru tentang spesifikasi atau kriteria desain engineering. Pemilik ingin memasukkan kemajuan teknologi itu
2. Diminta oleh calon organisasi operasi pada saat akhir proyek sewaktu prakomisi
3. Perubahan karena terungkapnya kondisi yang berbeda dengan hasil pengkajian terdahulu
4. Kurang jelasnya pasal-pasal kontrak, sehingga menimbulkan interpretasi yang berlainan antara kontraktor dan pemilik
5. Keinginan mempercepat jadwal
Proses change order
1. Evaluasi mendalam tentang perlunya perubahan lingkup
2. Mengkaji dampak yang diakibatkan oleh adanya perubahan lingkup
3. Mengajukan persetujuan kepada pimpinan proyek bila perubahannya cukup besar
4. Melakukan tindak lanjut berupa pengawasan dan laporan khusus untuk meyakinkan bahwa perubahan lingkup kerja telah dijalankan sebaik-baiknya
Perlu juga diperhatikan, makin jauh kemajuan proyek maka makin besar dampak dari perubahan lingkup. Terkadang karena kondisi tertentu, kontraktor tidak mengerjakan sebagian porsi pekerjaan yang telah tercantum dalam kontrak. Maka pemilik mengerjakan sendiri atau menunjukkan pihak ketiga, sedang biayanya dibebankan kepada kontraktor, ini disebut sebagai back change
Klaim
Merupakan permintaan atau tuntutan kompensasi uang atau biaya atau jadwal diluar kontrak. Penyebab timbulnya klaim
1. Material atau peralatan yang cacat
2. Keadaan lahan diluar perkiraan dan hasil test kurang akurat
3. Perubahan peraturan yang tidak diduga
4. Pasal-pasal kontrak yang kurang lengkap dan kurang jelas
Proses menangani klaim
1. Pencarian fakta yang sesungguhnya telah terjadi
2. Pengkajian hubungan klaim dengan kontrak
3. Perkiraan biaya kompensasi
4. Negosiasi
Pengelolaan keuangan proyek
1. Proyeksi keperluan dana
Faktor yang perlu diperhatikan :
• Pembayaran material dan peralatan, sesuai dengan ikatan (PO) yang telah ditandatangani
• Pembayaran periodik kepada kontraktor dan konsultan
• Pembayaran langsung untuk tenaga kerja/supervisor proyek
• Kontijensi
2. Meletakkan dasar sistem akuntansi proyek
Faktor yang perlu diperhatikan kebutuhan sepanjang siklus biaya :
• Untuk mengidentifikasi dan membedakan kegiatan satu dengan yang lain dalam proses perencanaan desain engineering, pengadaan dan konstruksi
• Pelaporan dan pengendalian kegiatan kantor pusat dan lapangan, seperti engineering (per disiplin) dan konstruksi (per macam pekerjaan)
• Kegiatan pengadaan sesuai klasifikasi peralatan dan material
• Pengaturan arsip dan korespondensi
• Untuk catatan aset pada akhir proyek
Pengadaan pengkodean harus berorientasi untuk pengendalian. Tapi jangan sampai mengubah sistem kode biaya yang sudah ada. Format dan tata letak kode identifikasi yang baik harus dapat memberi informasi maksimal pada tempat minimal dengan beberapa atribut
• Fungsi; menjelaskan fungsi yang diwakili
• Area; identifikasi area yang akan dikerjakan
• Disiplin; menjelaskan macam disiplin pekerjaan
• Dokumen; nomor dokumen yang berkaitan
• Macam biaya; menjelaskan macam biaya
3. Operasi keuangan
Menyangkut beberapa hal seperti administrasi dana pinjaman; mengelola pembayaran; pengendalian cash flow.
Operasi keuangan terdiri dari
• Operasi keuangan yang berkaitan dengan penggunaan dana pinjaman dan/atau dari perusahaan induk
• Administrasi keuangan yang berkaitan dengan pembayaran atas pekerjaan yang sedang berjalan
• Pengendalian dana/cash flow, agar jumlah dana yang telah ditentukan tidak dilampaui. Aliran dana dapat diperlakukan sebagai aliran kas atau diperhitungkan nilai tukar
4. Laporan penutupan keuangan membuat “catatan asset”
Jalan keluar untuk mengatasi kesulitan mencatat asset
• Pengelompokkan biaya pada daftar milik tetap memakai standar perusahaan induk
• Pengelompokkan biaya pada proyek tetap dititikberatkan untuk pengawasan dan pengendalian proyek
• Pada akhir proyek, pengelompokkan biaya pada proyek dijabarkan dalam pengelompokkan daftar milik yang standar
5. Menyiapkan data dan pembukuan milik yang standar

Abutment Jembatan

Abutment Jembatan
Konstruksi bagian bawah jembatan meliputi :
1. Pangkal jembatan / abutment + pondasi
2. Pilar / pier + pondasi
advertisements
Bangunan bawah pada umumnya terletak disebelah bawah bangunan atas. Fungsinya untuk menerima beban-beban yang diberikan bengunan atas dan kemudian menyalurkan kepondasi, beban tersebut selanjutnya disalurkan ke tanah oleh pondasi.


Abutment adalah bangunan bawah jembatan yang terletak pada kedua ujung pilar – pilar jembatan, berfungsi sebagai pemikul seluruh beban hidup (Angin, kendaraan, dll) dan mati (beban gelagar, dll) pada jembatan.


• End Dam = Akhir jembatan
• Top of Roadway = Jalan
• Bearing Seat = Pengunci
• Battered pile = Tumpuan / Penyangga
• Pile = Penyangga

Bagian – bagian dari Battred pile

Battered pile di gunakan untuk memberikan tekanan terhadap kekuatan horizontal. Juga dikenal sebagai penjepit tiang, memacu tiang.

Abutmant juga digunakan sebagai Tumpuan sendi



Pelaksanaan pembuatan pier head/ pile cap dilakukan dalam tiga tahap, yaitu pembuatan bekisting, pembesian, dan pengecoran. Pengecoran dilakukan dalam dua tahap, yaitu bagian bawah pier dan bagian atas pier.
Setelah bekisting selesai dikerjakan, dilakukan pekerjaan pembesian yang meliputi pemasangan/ pengelasan besi WF pengikat tiang pancang, pembesian tulangan pilar bagian bawah, pilar samping, dan pilar bagian atas. Setelah semua tulangan terpasang, tahap berikutnya adalah pekerjaan pengecoran.
Loading dari dek diterapkan untuk abutment melalui bantalan. Maksimum beban bantalan vertikal diperoleh dari analisis dek. Beban ini, bersama-sama dengan jenis pengekangan yang dibutuhkan untuk mendukung geladak, akan menentukan jenis bantalan yang disediakan.
Elastomer Bearing Pads / Bantalan adalah karet jembatan yang merupakan salah satu komponen utama dalam pembuatan jembatan, yang berfungsi sebagai alat peredam benturan antara jembatan dengan pondasi utama.
Sifat elastomer ‘utama’ ini tidak mutlak berperilaku sebagai ‘sendi’ atau ‘roll’ murni, tapi dalam aktual fisik di lapangan, jembatan yang menggunakan tipe tumpuan seperti ini berperilaku layaknya bertumpuan sendi-roll murni dalam pemodelan (komputer). Memang ada banyak ‘tambahan’ komponen selain tumpuan utama untuk mencapai keadaan tersebut dan perilakunya menyerupai mekanika sendi-roll.

Elastomer Bearing Pads / Bantalan
Set lengkap tumpuan elastomeric untuk jembatan antara lain sbb :
1. Elastomeric bearing utama (menahan displacement vertikal; sedikit displacement horisontal dan kemampuan rotasi-sesuai desain)
2. Lateral stopper (menahan displacement horisontal berlebih & mengunci posisi lateral jembatan)
3. Seismic buffer (menahan displacement horisontal berlebih arah memanjang jembatan)
4. Anchor bolt (menahan uplift yang mungkin terjadi pada salah satu tumpuan pada saat gempa)
Bahan elastomeric bearing sendiri terbuat dari karet yang biasanya sudah dicampur dengan neoprene (aditif yang memperbaiki sifat karet alam murni) dan didalamnya diselipkan berlapis2 pelat baja dengan ketebalan dan jarak tertentu untuk memperkuat sifat tegarnya.
Biasanya tumpuan karet tersebut dipasang setelah pengecoran slab beton untuk lantai selesai (setelah beton kering), guna menghindari translasi dan rotasi awal yang timbul akibat deformasi struktur jembatan oleh beban mati tambahan.
Karena sifat karet yang lebih rentan terhadap panas dan fluktuasi cuaca, biasanya dalam kurun waktu tertentu tumpuan2 ini dicek oleh pemilik dan bila perlu di replace dengan unit yang baru.
Untuk jembatan baja dengan bentang lebih dari 60 meter biasanya tipe ini sudah jarang digunakan karena keterbatasannya.