Monday, 17 December 2012

Tahap Perencanaan Bangunan Bertingkat

Tahap Perencanaan Bangunan Bertingkat

Perencanaan gedung bertingkat harus dipikirkan dengan matang karena menyangkut investasi dana yang jumlahnya tidak sedikit. Berbagai hal perlu ditinjau yang meliputi beberapa kriteria, yaitu 3S : strength, stiffness, dan serviceability. Analisis struktur gedung bertingkat dapat dilakukan dengan computer berbasis elemen hingga (finite element) dengan sofware yang telah umum digunakan oleh para perencana, misalnya : SAP (Structure Analysis Program) atau ETABS (Extended 3D Analysis Building Systems).  

Konsep perancangan konstruksi didasarkan pada analisis kekuatan batas (ultimate-strength) yang mempunyai daktilitas cukup untuk menyerap energi gempa sesuai peraturan yang berlaku. Berbagai macam kombinasi pembebanan yang meliputi beban mati, beban hidup, beban angin, dan beban gempa dihitung dengan pemodelan struktur 3-D (space-frame). Kombinasi pembebanan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

  • 1,4DL
  • 1,2DL + 1,6LL
  • 1,2DL + 1LL + 1EX + 0,3EY
  • 1,2DL + 1LL - 1EX + 0,3EY
  • 1,2DL + 1LL + 1EX - 0,3EY
  • 1,2DL + 1LL - 1EX - 0,3EY
  • 1,2DL + 1LL + 0,3EX + 1EY
  • 1,2DL + 1LL - 0,3EX + 1EY
  • 1,2DL + 1LL + 0,3EX - 1EY
  • 1,2DL + 1LL - 0,3EX - 1EY
  •  0,9DL + 1EX + 0,3EY
  •  0,9DL + 1EX - 0,3EY
  •  0,9DL - 1EX + 0,3EY
  •  0,9DL - 1EX - 0,3EY
  •  0,9DL + 0,3EX + 1EY
  •  0,9DL + 0,3EX - 1EY
  •  0,9DL - 0,3EX + 1EY
  •  0,9DL - 0,3EX - 1EY 
Keterangan :
DL =  Beban mati (Dead Load)
LL =  Beban Hidup (Live Load)
EX =  Beban gempa searah sumbu x (Earthquake- X)
EY =  Beban gempa searah sumbu y (Earthquake- Y)

Di negara Indonesia ada 3 jenis sistem struktur yang digunakan yaitu:
1. Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB) atau Ordinary Moment Resisting Frame (OMRF)
Metode ini digunakan untuk perhitungan struktur gedung yang masuk di zona gempa 1 dan 2 yaitu wilayah dengan tingkat gempa rendah. Acuan perhitungan yang digunakan adalah SNI 03-2847-2002 pasal 3 sampai pasal 20.
2. Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) atau Intermediate Moment Resisting Frame (IMRF)
Metode ini digunakan untuk perhitungan struktur gedung yang masuk di zona gempa 3 dan 4 yaitu wilayah dengan tingkat gempaan sedang. Pasal- pasal yang digunakan dalam SNI 03-2847-2002 adalah Pasal 3 sampai pasal 20, ditambah dengan pasal 23.2 sampai dengan 23.10.2
3. Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) atau Special Moment Resisting Frame (SMRF)
Metode ini digunakan untuk perhitungan struktur gedung yang masuk pada zona 5 dan 6 yaitu wilayah dengan tingkat gempaan tinggi atau diaplikasikan dalam perencanaan High Rise Building.
Langkah pertama yang harus diperhatikan dalam perencanaan gedung adalah pengumpulan data proyek yang meliputi :
  • Data tanah dari hasil sondir dan boring,
  • Data bangunan,
  • Data gambar proyek, terdiri dari gambar arsitektur, gambar struktur, gambar potongan, dan denah lantai,
  • Data lain yang menyangkut RKS (Rencana Kerja dan Syarat- syarat)
         
A. Peraturan dan Standar Perencanaan
  1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-1992) atau ACI 318- 2005
  2. Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989-F) atau ASCE 7-10.
  3. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002).
  4. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1729-2002).
B. Bahan Struktur

1. Beton
Untuk struktur kolom, sloof, balok lantai dan plat lantai digunakan beton dengan kuat tekan beton yang disyaratkan, fc’ = 25 MPa (setara dengan beton K-300). Modulus elastis beton, Ec = 4700√(fc') = 2,35.104 MPa = 2,35.107 kN/m2 dengan angka poison = 0,20.


2. Baja Tulangan
Untuk baja tulangan dengan  D ≥ 12 mm digunakan baja tulangan ulir BJTD 40 dengan tegangan leleh baja, fy = 400 MPa. Untuk baja tulangan dengan D < 12 mm digunakan baja tulangan polos BJTP 24 dengan tegangan leleh baja, fy = 240 MPa. Modulus elastis baja, Es = 2,1.105 MPa.

3. Baja Profil
Mutu baja profil yang digunakan untuk struktur baja harus memenuhi persyaratan setara dengan BJ-37.

C. Pra-eliminari Desain:


1.  Perencanaan plat
  • Penentuan dimensi terdiri dari dimensi plat dan dimensi plat atap. Masing- masing menggunakan SNI 03-2847-2002 dengan pasal :
  • Perencanaan plat 1 arah : SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.2 Tabel 8
  • Perencanaan plat 2 arah : SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.3
  • Menganalisa gaya- gaya yang terjadi pada plat, digunakan Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI 1971 pasal.13.3 tabel 13.3.1 dan tabel 13.3.2), sedangkan perletakkan yang diasumsikan jepit penuh digunakan C.K Wang dan C.G Salmon jilid 2,
  • Penulangan plat,
  • Penulangan lentur, susut, dan suhu : SNI 03-2847-2002 pasal 9.12.2. 

2.   Penentuan dimensi balok dan kolom
  •  Penentuan dimensi balok terdiri dari : Perencanaan lebar efektif balok (SNI 03-2847-2002 pasal 10.10.2),
  •  Perhitungan penulangan geser : SNI 03-2847-2002 pasal.13.3.1(1)
  •  Perhitungan penulangan torsi : SNI 03-2847-2002 pasal.13.6 

3. Struktur kolom, terdiri dari:
  • Perencanaan kolom portal 
  • Pengaruh kelangsingan kolom : SNI 03-2847-2002 pasal 12.12.2
  • Perbesaran momen : SNI 03-2847-2002 pasal 12.13.3
  • Perhitungan penulangan geser : SNI 03-2847-2002 psl.13.3.1(2) 

4. Analisa struktur bawah
  • Perhitungan poer,
  • Perhitungan pondasi tiang pancang,
  • Perhitungan sloof.

5. Penulangan
  • Penulangan dihitung berdasarkan data-data yang diperoleh dari out put SAP atau ETABS.
  • Dari out put SAP atau ETABS diperoleh nilai gaya geser (D), momen lentur (M), momen torsi (T), dan nilai gaya aksial (P). Kemudian dihitung kebutuhan tulangan pada balok, kolom dan pondasi.
  • Perhitungan penulangan geser, lentur, dan puntir pada semua komponen struktur utama.
  • Kontrol masing-masing perhitungan penulangan.
  • Penabelan penulangan yang terpakai pada elemen struktur yang dihitung (struktur atas dan struktur
    bawah).
  • Penggambaran detail penulangan.

D. Cek Persyaratan

1. Plat
  • Kontrol jarak spasi tulangan : SNI 03-2847-2002 pasal.15.3.2
  • Kontrol jarak spasi tulangan suhu dan susut.
  • Kontrol perlu tulangan suhu dan susut : SNI 03-2847-2002 pasal 9.12.2.1 dan pasal 10.4.3
  • Kontrol lendutan : SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.3.4

2. Balok
  • Kontrol Mnpasang ≥ Mn untuk tulangan lentur

3. Kolom
  • Kontrol kemampuan kolom.
  • Kontrol momen yang terjadi Mnpasang ≥ Mn

4. Poer
  • Kontrol dimensi poer : SNI 03-2847-2002 pasal13.12.3. 1.(a), pasal.13.12.3. 1.(b), pasal.13.12.3.1.(c)
  • Kontrol geser pons.
  • Geser 1 arah : SNI 03-2847-2002 pasal.13.12.1.1
    Geser 2 arah : SNI 03-2847-2002 pasal.13.12.1.2

E. Gambar Perencanaan

1. Gambar arsitek terdiri dari :
  • Gambar denah.
  •  Gambar tampak.

2. Gambar struktur terdiri dari :
  • Potongan memanjang.
  • Potongan melintang.
  • Gambar denah pondasi.
  • Gambar denah sloof.
  • Gambar denah pembalokan.
  • Gambar denah rencana atap.

3. Gambar detail :
  • Gambar detail panjang penyaluran.
  • Gambar detail penjangkaran tulangan.
  • Gambar detail pondasi dan poer.

F. Jenis Beban 

1. Beban mati (Dead load)
Beban mati yang merupakan berat sendiri konstruksi (specific gravity) menurut Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989-F), adalah seperti Tabel berikut :
 
No
Konstruksi
Berat
Satuan
1
Baja
7850
kg/m3
1
Beton bertulang
2400
kg/m3
2
Beton
2200
kg/m3
3
Dinding pas bata ½ bt
250
kg/m2
4
Dinding pas bata 1 bt
450
kg/m2
5
Curtain wall+rangka
60
kg/m2
6
Cladding + rangka
20
kg/m2
7
Pasangan batu kali
2200
kg/m3
8
Finishing lantai (tegel)
2200
kg/m3
9
Plafon+penggantung
20
kg/m2
10
Mortar
2200
kg/m3
11
Tanah, Pasir
1700
kg/m3
12
Air
1000
kg/m3
13
Kayu
900
kg/m3
14
Baja
7850
kg/m3
15
Aspal
1400
kg/m3
16
Instalasi plumbing
50
kg/m2
Untuk perencanaan beban bangunan di luar negeri, harus diperhitungkan juga beban banjir, beban suhu, beban Salju, dan beban Es. Semuanya ada di ASCE 7-10. 

2. Beban hidup (Live load)

 
Beban hidup yang bekerja pada lantai bangunan Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989-F), adalah sebagai berikut :

  • Lantai dan rumah tinggal = 200 kg/m2
  • Sekolah, kantor, toko, hotel, RS, restoran, asrama = 250 kg/m2
  • Ruang olahraga = 400 kg/m2
  • Ruang dansa = 500 kg/m2
  • Balkon dan lantai dalam ruang pertemua = 400 kg/m
3. Beban gempa (Earthquake)

Wilayah Indonesia terdiri dari 6 wilayah gempa, dimana wilayah gempa 1 adalah wilayah kegempaan paling rendah dan wilayah gempa 6 adalah wilayah kegempaan paling tinggi. Pembagian wilayah gempa ini, didasarkan pada percepatan puncak batuan dasar akibat pengaruh gempa rencana dengan periode ulang 500 tahun dengan asumsi umur bangunan adalah 50 tahun.  Berikut adalah Gambar Pembagian Zona Gempa di Indonesia

Gambar Pembagian Zona Gempa di Indonesia


Analisis terhadap beban gempa digunakan cara statik ekivalen maupun dinamik (response spectrum analysis). Dari hasil analisis kedua cara tersebut diambil kondisi yang memberikan nilai gaya atau momen terbesar sebagai dasar perencanaan. Struktur bangunan dirancang mampu menahan gempa rencana sesuai peraturan yang berlaku yaitu SNI 03-1726-2002 tentang Tatacara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung. Dalam peraturan ini gempa rencana ditetapkan mempunyai periode ulang 500 tahun, sehingga probabilitas terjadinya terbatas pada 10 % selama umur gedung 50 tahun.  
a. Metode Statik Ekivalen
 
Gaya geser dasar nominal pada struktur akibat gempa dihitung dengan rumus :
V = C . I / R .Wt
Dimana :

  • C= nilai faktor response gempa, yang ditentukan berdasarkan wilayah gempa kondisi tanah dan waktu getar alami.
  •  R = faktor reduksi gempa representatif.
  •  I = faktor keutamaan (diambil, I = 1 )
  • Wt = jumlah beban mati dan beban hidup yang direduksi (faktor reduksi diambil = 0,5) yang bekerja di atas taraf penjepitan lateral.
Analisis statik dilakukan dengan meninjau secara bersamaan 100% gempa arah X dan 30% gempa arah Y, dan sebaliknya.


b. Metode Dinamik (Response Spectrum)

  • Besar beban gempa ditentukan oleh percepatan gempa rencana dan massa total struktur. Massa total struktur terdiri dari berat sendiri struktur dan beban hidup yang dikalikan dengan faktor reduksi 0,5.
  • Percepatan gempa diambil dari data zone Wilayah Gempa Indonesia menurut Tatacara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002) dengan memakai spektrum respons yang nilai ordinatnya dikalikan dengan koreksi I/R.

Strong Column Weak Beam Concept

Strong Column Weak Beam Concept

Mengapa harus Kolom Kuat - Balok Lemah…?

Sederhananya, dalam struktur portal/ frame kolom adalah komponen struktur yang menopang  balok, lantai, seluruh beban di lantai , dan beban lantai-lantai di atasnya. Sedangkan balok hanya komponen struktur yang menopang dan mendistribusikan beban-beban di lantai tersebut menuju kolom-kolom.

Kalau sampai kolom runtuh, maka runtuhlah seluruh system struktur di atasnya. Tapi jika balok yang runtuh maka kerusakan awal hanya terjadi di bagian balok itu saja kemudian merambat ke elemen balok yang lain dan seterusnya dan seterusnya hingga struktur benar-benar runtuh ketika tidak lagi kuat menahan beban (dalam hal ini beban geser akibat gempa).

Maka tak heran jika bangunan- bangunan tingkat tinggi di desain dengan konsep “strong column weak beam”. Jika pada suatu saat terjadi goncangan yang besar akibat gempa, kolom bangunan di desain akan tetap bertahan, sehingga orang- orang yang berada dalam Gedung masing mempunyai waktu untuk menyelamatka diri sebelum Bangunan roboh seketika. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mendesai kolom yang kuat antara lain :
  dengan mengatur jarak antar sengkang, mininggikan mutu beton, dan memperbesar penampang. Serta utuk struktur bangunan dengan baja, bisa dimodifkasi sambungan hubungan antara balok dengan kolom.

 Nah, inilah jika kita salah dalam mendesai. Kesalahan kolom yang lemah dan balok yang kuat

Foto diatas adalah foto Gedung DPU, di Padang saat gempa beberapa tahun lalu. Padahal kantornya orang- orang teknik sipil loh....

Metode Pengerjaan dan Konstruksi Ground Tank

Metode Pengerjaan dan Konstruksi Ground Tank

Kebutuhan air yang cukup besar dan kurangnya pasokan air yang memadai menjadi alasan dibutuhkannya sistem penyimpan air tambahan, salah satunya adalah dengan tower water tank (menara tangki air) dan ground tank (tangki bawah tanah). Untuk alasan estetika/ keindahan dan biaya, biasanya banyak orang lebih memilih menggunakan ground tank, karena letaknya yang tidak kelihatan (terpendam di bawah tanah) dan dari segi pembuatan juga relatif lebih murah jika dibandingkan tower water tank karena tidak perlu struktur kolom dan balok.

Mekanisme kerjanya adalah sumber air dari sumur di pompa ke atas, kemudian disimpan di ground tank. Lalu dari ground tank ini akan dipompa lagi ke water tank di atap (ukuran kecil), baru diedarkan ke saluran- saluran air di bawahnya.

Campuran beton yang dipakai dalam pembuatan ground tank harus tepat dan kedap air (water proof).  Dengan perbandingan plesteran semen dengan pasir yang digunakan adalah 1 : 3. Detail sistem kerjanya adalah sebagai berikut
:

Gambar 1. Tanah digali, lalu diberikan lapisan beton setebal 3- 5 cm untuk lantai kerja.

Gambar 2. Pemasangan stek tulangan untuk perkuatan dinding Ground Tank.


Gambar 3. Pembuatan lubang peturasan di bawah.

 Gambar 4. Pemasangan tulangan wiremesh diameter 10 mm M- 150 (artinya jarak antar tulangannya 150 mm), untuk konstruksi dengan beton bertulang.

Karena konstruksi ground tank ini menampung air dalam kapasitas yang relatif besar, maka tekanan yang dihasilkan pun juga besar. Maka dibutuhkan perkuatan tambahan di ke 4 ujung sudutnya. Perhatikan tulangan perkuatan tambahan yang dipasang di ujung dinding.

 Gambar 5. Penambahan tulangan di ujung- ujung Ground Tank untuk perkuatan dinding.

 Gambar 6. Pemasangan bata untuk pengganti bekisting (karena bagian dalamnya akan di plester dan dikeramik)

 Gambar 7. Pembuatan manhole dan pemasangan bekisting atas untuk pengecoran.

Gambar 8. Pembetonan bagian atas.

Pada bagian atas, dibuat manhole sebagai acces untuk masuk ke dalam. Biasanya untuk menguras dan mengecek keadaan pompa. Setelah pembetonan selesai, maka ground tank ini harus diuji dulu untuk memastikan bahwa tidak ada kebocoran, setelah semua fix baru dipasang keramik untuk perlindungan terhadap lumut dan kemudahan dalam pengurasan.

Bekisting Plastik untuk Proyek Konstruksi

Bekisting Plastik untuk Proyek Konstruksi

Kayu yang sering digunakan sebagai bekisting semakin sulit didapatkan dan area hutan sebagai bahan baku kayu pun semakin berkurang. Penebangan hutan dihadapkan pada permasalahan yang semakin hari semakin besar yaitu pemanasan global (Global Warming).

 Dalam dunia konstruksi di Indonesia, penggunaan bekisting kayu hampir belum ada penggantinya. Proyek konstruksi di Indonesia sepertinya masih sangat menggantungkan kayu sebagai material utama pembuatan bekisting. Ada alternatif dengan menggunakan material baja atau besi, namun penggunaannya masih terbatas karena material tersebut memiliki berat jenis yang tinggi sehingga menimbulkan masalah kesulitan pelaksanaan dalam aplikasinya.

Selama ratusan tahun negara kita merupakan penghasil bahan baku dari hutan yang besar. Bisa jadi merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Namun itu dulu… Sekarang dengan banyaknya penebangan hutan secara liar dan eksploitasi yang besar-besaran, hutan kita semakin menyusut sehingga saat ini kita mulai menghadapi kelangkaan kayu sebagai bahan bekisting dalam pengerjaan proyek konstruksi.Coba perhatikan saja banyaknya volume kayu yang dibutuhkan untuk bekisting dalam suatu proyek.

Gambar 1. Elemen- elemen Bekisting dalam Suatu Proyek Konstruksi (Klik gambar untuk memperbesar)

Itu baru penggunaan bekisting dalam 1 ruangan saja loh... Coba bayangkan berapa banyak kayu yang dibutuhkan untuk bekisting dalam proyek besar seperti di bawah ini...

Gambar 2. Keseluruhan Penggunaan Bekisting Kayu dalam Proyek Konstruksi

Berdasarkan pengalaman selama mengerjakan proyek, bekisting pekerjaan struktur beton telah menghabiskan begitu banyak kayu yang setelah digunakan, tidak dapat diolah kembali dan menjadi masalah baru yaitu sampah. Penggunaan kayu bekisting merupakan satu-satunya hal yang membuat pelaksanaan konstruksi masih belum bisa dikatakan ”green”. Penggunaan begitu banyak kayu telah membuat enviromental assesment pada perusahaan kontraktor yang telah mendapatkan sertifikasi ISO 14000 tidak begitu bagus. Masalah ini telah menjadi handycap yang harus diselesaikan.

Sudah saatnya kita mulai memikirkan alternatif lain selain kayu sebagai bahan bekisting. Beberapa tahun terakhir telah ada produk bekisting yang menggunakan bahan dasar plastik yang dikompositkan dengan bahan fiber glass. Bahan plastik yang dikompositkan dengan fiber glass tersebut memiliki kemampuan yang sama, bahkan lebih baik dari kayu untuk digunakan sebagai bekisting.

Banyak pabrik di luar negeri telah memproduksi sistem bekisting plastik ini secara massal. Bekisting plastik yang mereka buat dapat digunakan untuk elemen struktur pondasi, kolom, dinding dan pelat lantai. Hal ini berarti hampir semua elemen struktur beton dapat menggunakan sistem bekisting plastik yang mereka produksi. Beberapa perusahaan yang telah memasarkan produk sistem bekisting plastik / Plastic Formwork System antara lain:
  • Hangzhou Yongshun Plastic Industry.
  • EPIC ECO. 
  • Moladi.
Berikut ini adalah contoh aplikasi penggunaan bekisting plastik dalam beberapa proyek konstruksi :

 Gambar 3. Aplikasi Penggunaan Bekisting Plastik Untuk Sloof

 Gambar 3. Aplikasi Penggunaan Bekisting Plastik Untuk Pelat Lantai

Gambar 4. Aplikasi Penggunaan Bekisting Plastik Untuk Core Wall

Gambar 5. Aplikasi Penggunaan Bekisting Plastik Untuk Kolom

Material plastik untuk pengganti kayu pada bekisting merupakan ide yang brillian. Hal ini disebabkan karena plastik memiliki keunggulan yang lebih dari pada kayu disamping untuk kepentingan pelestarian lingkungan. Berikut ini adalah keunggulan bekisting plastik:
  1. Bebas kelembaban dan tidak mengalami perubahan dimensi atau bentuk.
  2. Pemasangan lebih mudah dan tanpa perlu minyak bekisting. 
  3. Mempercepat waktu pelaksanaan bekisting.
  4. Tidak berkarat.
  5. Tidak gampang rusak oleh air sehingga cocok untuk konstruksi bawah tanah dan lingkungan berair.
  6.  Efisien secara biaya.
  7.  Kualitas hasil yang lebih baik.
  8.  Gampang dipasang dan dilepas sehingga mengurangi biaya upah.
  9. Daya tahan lama, dapat digunakan 40-70 kali. Ada produk yang dapat digunakan hingga 1000 kali.
  10. Dapat dibor, dipaku, diketam, dan diproses seperti digerjaji.  
Terlihat bekisting plastik memiliki banyak keunggulan dibanding dengan bekisting kayu baik dari sisi mutu, biaya, dan waktu. Bagi Owner dan Perencana, bekisting plastik akan menurunkan biaya proyek. Sedangkan bagi kontraktor, bekisting plastik akan mempercepat pelaksanaan. Bagi Pemerintah dan Masyarakat luas, bekisting plastik akan mengurangi penggunaan kayu secara signifikan sehingga sangat membantu dalam pelestarian lingkungan.

Download Spreadsheet Excel Perencanaan Dinding Penahan pada Bendung

Download Spreadsheet Excel Perencanaan Dinding Penahan pada Bendung

Salah satu bagian penting dari suatu bangunan bendung adalah dinding penahan tanah. Dinding penahan ditempatkan pada kedua sisi tubuh bendung untuk menahan timbunan tanah dan menjadi satu kesatuan bangunan bendung. Panjang dan bentuk dinding penahan didesain sesuai standar kriteria untuk tembok pangkal bendung (KP-02). Lokasi dinding penahan dari salah satu bendung yang direncanakan dapat dilihat pada Gambar Denah DP Bendung terlampir.

Berikut adalah tampilan programnya :

Download Program Perhitungan Struktur Dinding Penahan Pada Bendung

Download Program Perhitungan Struktur Dinding Penahan Pada Bendung

Berikut adalah analisa gaya dalam yang bekerja pada Dinding Penahan :

Dengan program perhitungan ini, maka perencanaan dinding penahan menjadi sangat mudah. Langkah perhitungan dalam program ini meliputi :
  • Input data geometri dan karakteristik tanah, 
  • Perhitungan stabilitas,
  • Perhitungan gaya dan momen, 
  • Perhitungan tegangan beton, 
  • Perhitungan pembesian, dan penggambaran pembesian
  • Perhitungan tegangan beton dan pembesian menggunakan standar ACI.
Program ini dilengkapi dengan makro untuk proses perhitungan gaya dan momen, serta perhitungan tegangan beton dan pembesian. Untuk itu macro harus diaktifkan dalam program excel dengan cara : Klik Office Button > Excel Option > Trust Center > Trust Center Setting.. > Macro Settings > aktifkan radio button Enable all macros
Download Program Perhitungan Struktur Dinding Penahan Pada Bendung

Program perhitungan ini akan terus diperbaiki untuk mengurangi kesalahan-kesalahan dalam perhitungan, dan untuk menambah item-item baru dalam perhitungan. Untuk itu diharapkan koreksi dan masukan dari para pembaca.

Download program :
Perhitungan dinding penahan untuk bendung, Retaining_Wall.xls

Download Buku- buku Struktur Beton

Download Buku- buku Struktur Beton

Berkecimpung di Dunia teknik sipil tidak mungkin terlepas dari beton, yaitu campuran yang terdiri dari semen, agregat halus, agregat kasar, air dan bahan tambahan dengan perbandingan tertentu yang kemudian diaduk dan dituang dalam cetakan hingga mengeras dan membatu sesuai dengan bentuk yang diingikan. Agar kita dapat lebih memahami karakteristik dan sifatnya dalam perancangan struktur. Berikut ada beberapa buku yang akan sangat membantu kita dalam memahami struktur beton. Silahkan di download..... GRATIS...!



Untuk mendownload file-file yg ada di rapidshare tidak bisa dengan program downloader lainnya, maka jika ingin mendownload, Internet Download Manager nya harus dinonaktifkan terlebih dahulu.
Buka file Ebooks dengan PASSWORD : free2share


1. ABC-Clio Inc - 2001 - Encyclopedia of Architectural and Engineering Feats, chm, 5.9 MB
rapidshare.com Encyclopedia_of_Architectural_and_Engineering_Feats.rar

2. UBC Structural Code 1997 - Volume 2, PDF, 3.3MB
rapidshare.com UBC_STRUCTURAL_CODE-Volume_2.rar

3. OFFSHORE STANDARD DNV-OS-C201 - STRUCTURAL DESIGN OF OFFSHORE UNITS (WSD METHOD), 1.8MB
rapidshare.com Offshore_Codes_DNV-OS-C201_-_Structural_Design_of_Offshore_Units__WSD_Method_.rar

4. British Standards - BS 5950 - Steelwork Design, Steelwork Specification, 3.8M
rapidshare.com BS_5950_2000_Steelwork_Design___Specs.rar

5. Hoe l. Ling - Reinforced Soil Engineering - Advances in Research and Practice, 5.6MB
rapidshare.com reinforced_soil_engineering__advanced_in_research_and_practice__-_hoe.rar

6. Design of Masonry Structure, 3.2MB
rapidshare.com Design_of_Masonry_Structures.rar

7. YONG BAI - MARINE STRUCTURAL DESIGN, 8.5MB
rapidshare.com Marine_Structural_Design.rar

8. The Design Guide For The Fire Protection Of Buildings, 2000, 1.3MB
rapidshare.com FPA_-_The_Design_Guide_for_the_Fire_Protection_of_Buildings_2000.rar

9. Tong, Mouritz & Bannister - 3d Fibre Reinforced Polymer Composites, 4.9MB
rapidshare.com Tong__Mouritz___Bannister_-_3D_Fibre_Reinforced_Polymer_Composites.rar

10. Arnold Verruijt - Soil Mechanics Handbook, Delft University Of Technology, 2001, 5.8MB
rapidshare.com Arnold_Verruijt_-_Soil_Mechanics_Handbook.rar

11. Deborah D.l. Chung - Applied Materials Science, 1.4MB
rapidshare.com Deborah_D.L._Chung_-_Applied_Materials_Science.rar

12. Sami Khan - Design Guide Post-tensioned Concrete Floors, 12.1MB
rapidshare.com Sami_Khan-Design.Guide.Post-tensioned.concrete.floors-CPS.rar
 
13. ASCE 7-05 - Minimum Design Loads for buildings and other Structures, 18.1MB
rapidshare.com ASCE_7-05.RAR

14. FIDIC Part 1 General Conditions, 7.3 MB
rapidshare.com FIDIC_Part_1_Gen_Conditions.rar


15. FIDIC Part 2 Guidelines, 3.3 MB
rapidshare.com FIDIC_Part_2_Cond-Guidlines.rar

 
16. Interior Design Handbook of Professional Practice, 6.1 MB

rapidshare.com Interior.Design.Handbook.of.Professional.Practice.rar

 
17. Design First For 3D Artists, 5.6 MB
rapidshare.com Design.First.For.3D.Artists.rar

Download Spreadsheet Excel, Perencanaan Pondasi Telapak

Download Spreadsheet Excel, Perencanaan Pondasi Telapak

Perencanaan pondasi harus mencakup segala aspek agar terjamin keamanan sesuai dengan persyaratan yang berlaku, misalnya penentuan dimensi pondasi yang meliputi panjang, lebar dan tebal, kemudian jumlah dan jarak tulangan yang harus dipasang pada pondasi. Adapun peraturan untuk perencanaan pondasi telapak tercantum pada SNI 03-2847-2002 merujuk pada pasal 13.12 dan pasal 17. Jika teman2 ada yang belum memiliki peraturan tersebut. Silahkan klik disini untuk download SNI 03-2847-2002.

Desain Perencaan Fondasi Telapak

1. Menentukan Dimensi Pondasi

Dimensi yang direncanakan meliputi : panjang, lebar dan ketebalan telapak pondasi. Semuanya harus di desain sedemikian rupa, sehingga tegangan yang terjadi pada dasar pondasi tidak melebihi daya dukung tanah dibawahnya
.

2. Mengontrol Kuat Geser 1 Arah
Kerusakan akibat gaya geser 1 arah terjadi pada keadaan dimana mula- mula terjadi retak miring pada daerah beton tarik (seperti creep), akibat distribusi beban vertikal dari kolom (Pu kolom) yang diteruskan ke pondasi sehingga menyebabkan  bagian dasar pondasi mengalami tegangan. Akibat tegangan ini, tanah memberikan respon berupa gaya reaksi vertikal ke atas (gaya geser) sebagai akibat dari adanya gaya aksi tersebut. Kombinasi beban vertikal Pu kolom (ke bawah) dan gaya geser tekanan tanah ke atas berlangsung sedemikian rupa hingga sedikit demi sedikit membuat retak miring tadi semakin menjalar keatas dan membuat daerah beton tekan semakin mengecil.
Nah…dengan semakin mengecilnya daerah beton tekan ini, maka mengakibatkan beton tidak mampu menahan beban geser tanah yang mendorong ke atas, akibatnya beton tekan akan mengalami keruntuhan. Berikut ini ilustrasinya :
Gambar 1. Kerusakan Pondasi Akibat Gaya Geser 1 arah
Kerusakan pondasi yang diakibatkan oleh gaya geser 1 arah ini biasanya terjadi jika nilai perbandingan antara nilai a dan nilai d cukup kecil, dan karena mutu beton yang digunakan juga kurang baik, sehingga mengurangi kemampuan beton dalam menahan beban tekan.
Gambar 2. Keretakan Pondasi Akibat Gaya Geser 1 arah
3. Mengontrol Kuat Geser 2 Arah (Punching Shear)
Kuat geser 2 arah atau biasa disebut juga dengan geser pons, dimana akibat gaya geser ini pondasi mengalami kerusakan di sekeliling kolom dengan jarak kurang lebih d/2. Berikut ini ilustrasinya :
Gambar 3. Kerusakan Pondasi Akibat Gaya Geser 2 arah

4. Menghitung Tulangan Pondasi
Beban yang bekerja pada pondasi adalah beban dari reaksi tegangan tanah yang bergerak vertikal ke atas akibat adanya gaya aksi vertikal kebawah (Pu) yang disalurkan oleh kolom. Tulangan pondasi dihitung berdasarkan momen maksimal yang terjadi pada pondasi dengan asumsi bahwa pondasi dianggap pelat yang terjepit dibagian tepi- tepi kolom. Menurut SNI 03-2847-2002, tulangan pondasi telapak berbentuk bujur sangkar harus disebar merata pada seluruh lebar pondasi (lihat pasal 17.4.3)

5. Mengontrol Daya Dukung Pondasi
Pondasi sebagai struktur bangunan bawah yang menyangga kolom memikul beban-beban diatasnya (bangunan atas), harus mampu menahan beban axial terfaktor (Pu) dari kolom tersebut. Maka dari itu beban dari Pu diisyaratkan tidak boleh melebihi daya dukung dari pondasi (Pup) yang dirumuskan sebagai berikut :
Pu  <  Pup
Pup = Ø x 0,85 x fc’ x A
Dimana :
Pu    = Gaya aksial terfaktor kolom…………….…… (N)
Pup  = Daya dukung pondasi yang dibebani………...  (N)
fc’    = Mutu beton yang diisyaratkan……………….  (Mpa)
A     = Luas daerah yang dibebani……………………(mm2)

Untuk memudahkan perhitungan desain pondasi tersebut, dibuatlah rumus- rumus yang dimasukkan dalam Spreadsheet Excell. Salah satu kekuatan Excel adalah bahasa macro-nya. Hal ini tentu tidak lepas dari aplikasi Visual Basic (Visual Basic for Application) yang bekerja dengan Excel. Macro yang selama ini kita kenal, umumnya digunakan otomasi langkah- langkah pekerjaan dalam aplikasi perkantoran. Namun dalam hal lain, juga dapat digunakan untuk aplikasi perhitungan. Disini terdapat kombinasi yang unik antara spreadsheet dan Visual Basic yang ternyata banyak memberikan kemudahan bagi pemakai.
Nah…berikut adalah salah satu aplikasi excel yang diterapkan pada bidang teknik sipil, dimana kemampuan Excel dalam mengolah teks, angka, rumus, database dan grafik akan dimanfaatkan sepenuhnya untuk membuat spreadsheet desain Pondasi telapak bujur sangkar. Berikut ini adaah tampilan spreadsheet excell nya :
Gambar 4. Input Data Pondasi Telapak
Gambar 5. Skema Perhitungan Fondasi
Gambar 6. Analisa Perhitungan

Gambar 7. Desain Tulangan
Gambar 8. Lampiran Peraturan SNI 03-2847-2002 yang terkait

 Gambar 9.  Laporan singkat perhitungan
Untuk download Spreadsheet Excell nya, monggo klik disini atau hitungan dengan versi yang lain disini.